Have a good daaaaayyy dulu lah buat kalian cewek-cewek online seperti
saya, Ibu-Ibu muda, Ibu-Ibu yang sudah lama menjadi Ibu, wanita, pria,
siapapun yang suka mengunjungi blog ini. Sekali lagi, HAPPY WEEKEND! :)
Post terakhir saya sekitar bulan Oktober 2013. Dalam rentang waktu tak
tentu itu, saya sudah mengalami banyak hal menarik. Eits, tapi bukan
pengalaman-pengalaman menarik saya yang akan diceritakan, tapi ada satu
hal yang menggelitik saya. Kata MEMASAK.
Ketika saya berprofesi sebagai jurnalis, banyak sekali restoran atau
cafe yang saya datangi untuk dijadikan tempat review. Makanannya pun
beraneka ragam. Rasanya bermacam-macam. Jangan ditanya, mereka pasti
menjual kualitas mulai dari interior, taste makanan, penyajian, dan juga
service. Nah, sempat masuk ke salah satu restaurant bintang 5 di daerah
Jimbaran, saya ketemu dengan Chef yang menyandang gelar Michelin Star
Chef, artinya sama seperti gelar MVP-nya pemain basket atau Awards
bergengsi sekelas Oscar bagi selebritis dunia. Ngobrol sebentar, saya
bertanya kenapa beliau bisa jadi Chef. Katanya,"Cooking is an art, it
is not merely the practical execution of the meal. Behind it is
research, your own knowledge. An art which presents a thought, a
philosophy, whether it is architecture or cookery”. Begitulah. Menyamakan memasak dengan seni, atau bahkan sebuah filosofi, itulah makna passion seorang Chef yang sesungguhnya.
Tapiiii.. yang akan saya bahas disini bukan prestasi
Chef itu atau mereview restaurant yang sudah terkenal kualitasnya
jempolan (kecuali kalau saya dapat benefit back dari review itu ya,
hihihi)
Memasak memasak memasak memasak.... kalau nggak masak, perut nggak akan
terisi. Meskipun jaman sekarang apa-apa tinggal beli (gampang dan
praktis), tapi seni memasak bukan tidak mungkin ada dalam salah satu
diantara kita. Buktinya, ada yang jadi wedding cake decorator, cupcake
lukis, Western food, Chinese food, Korean food, dan segala macam bentuk
makanan aneh bin nyata yang ada di dunia ini. See? Betapa banyak jumlah
manusia yang bisa memasak!
Bagaimana dengan Anda di rumah?
Bagaimana dengan Anda di rumah?
Apa Anda memasak hanya jika suami ada di rumah, anak-anak baru
pulang, diri sendiri kelaparan (note: ditujukan kepada kaum penghuni kos
sejagat raya) atau untuk keperluan jualan?
Berarti itu termasuk suatu KEHARUSAN. Siapapun tahu kalau Anda bisa
memasak, tapi bukan berarti Anda sedang ingin memasak dan juga bukan
berarti suka. Apalagi jika ditambah dengan rasa kecewa jika makanan yang
Anda masak nggak habis, atau malah rasa kecewanya berganti dengan rasa
marah. Siapa tahu kalau Anda nggak masak malah suami marah, anak rewel,
diri sendiri kena maag, atau tidak menghasilkan uang sepeserpun
hanya karena Anda tidak memasak.
Bagaimana jika HOBBY? Hobi itu kalau ritme mencoba resep barunya nggak
tentu, kalau lagi mood, baru deh masak. Kalau nggak mood, malah nggak
masak sama sekali. Jadi hal yang berpengaruh disini adalah MOOD. Kurang
tepat? Correct me if I wrong :)
Kenapa saya bilang begitu? Karena untuk menjalankan hobby diperlukan
rasa gembira untuk menghasilkan masakan yang enak. Buku resep yang sudah
dipersiapkan, juga segala macam alat masak yang perlahan-lahan bisa
membuat Anda semakin ahli. Learning by doing katanya. Tapi orang-orang
yang memasaknya sebatas hobby ini, masih menomorsatukan rasa dan belum
menemukan packaging dan cara plating yang 'Duh, Gue banget!'. Yang
penting enak dan.. pengakuan atas rasa enak itu masih sangat diharapkan
oleh para penghobi masak. Pengakuan adalah segala-galanya *Duh lebay :p
Passion.
Pernahkah Anda menonton Farah Queen di TV, atau Chef Juna, atau siapapun
yang bisa mengolah bahan makanan aneh dari seluruh nusantara menjadi
lezat dalam sekejap mata? Contohlah dari mereka jika ingin menggunakan
memasak sebagai passion Anda. Memasak adalah seni, maka Anda perlu
membuka lebar-lebar jalan di otak Anda untuk menemukan ide-ide baru yang
brilian dan kreatif. Bukan hanya sebatas hobby, passion akan selalu
membuat Anda kecanduan memasak, lagi, lagi dan lagi! Bukan hanya sekedar
pengakuan, passion akan menjadikan memasak sebagai profesi dan tujuan
Anda bukan lagi suami, anak-anak, diri Anda sendiri, atau bahkan orang
yang membeli kumpulan masakan Anda yang telah jadi.
Passion membuat memasak itu menjadi lebih prestisius. Passion membuat
memasak menjadi lebih tulus dan lebih memancarkan aura kebahagiaan.
Artinya, tidak akan ada raut wajah terpaksa, atau perasaan kecewa jika
Anda memasak sesuatu dan tidak disukai orang lain. Penilaian dan
pengakuan orang lain bukan lagi tujuan, melainkan kepuasan terhadap diri
sendirilah yang utama, keinginan untuk memperbaiki lagi dan lagi,
hingga Anda menemukan karakteristik Anda sendiri dalam memasak. Bisa
menghasilkan masakan yang indah, enak, sehat dan memikat dan dikenal
orang karena ciri khas masakan Anda, itulah passion.
Am I wrong? :)
Happy cooking to all of you, cooking lovers in the whole world!
Happy cooking to all of you, cooking lovers in the whole world!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar